Skip to main content

perdebatan kecil di sana sini

Ahahaha. Ada yang lucu. Saya menemukan ini di draft beberapa bulan yang lalu:

I'm not a wedding person. Bukan hanya karena saya belum berencana menikah dalam waktu dekat sih, tapi pada dasarnya saya memang tidak terlalu menyukai pesta pernikahan. Kebaya, rias pengantin, suvenir dan sebagainya, saya bukan jenis orang yang (setidaknya saat ini) berencana begitu detil dalam mengurus acara pernikahan saya nanti. Kalaupun datang ke pesta pernikahan pun, saya jarang menikmati dekorasi maupun kebaya pengantinnya. Yang paling saya suka, tentu saja food stall-nya :D hehehehe, terutama karena memang ada beberapa jenis makanan yang cuma bisa saya nikmati di acara kawinan (kasian banget ya saya) semacam kambing guling dan es krim yang entah kenapa es krim dari katering acara kawinan itu kok enak banget sih rasanya, di mana bisa beli yang seperti itu?
Dan sekarang... tiba-tiba saya harus menjadi orang ribet yang menyiapkan acara kawinan. Oh, jangan salah sangka, tentu saja saya bersyukur dan berbahagia (for those saying I'm unhappy, are you kidding me????) tapi saya memang malas sih menyiapkan printilan pernikahan saya. Percaya atau tidak, saya datang ke penjahit kebaya untuk membuat kebaya akad dan ketika ditanya gambar model untuk kebaya saya, dengan bodoh saya menjawab tidak punya, dan akhirnya memilih dari katalog yang ada, hahahaha. Saya juga tidak berdiet untuk membuat kebaya saya nanti kelihatan bagus. Saya memasrahkan urusan undangan, dekor, dan katering pada ibu saya. Dan saya pasrah pada bentuk cincin yang dipilih Mr Defender.

Pemalas sekali ya, saya? Saya malahan lebih semangat tiap ke Krisbow dan menunjuk-nunjuk meja makan, lampu, keset, tempat sampah. Hahahaha.

Ah, abaikan.

Ngomong-ngomong, masa-masa mempersiapkan pernikahan itu berat. Bukan soal persiapan pestanya aja, tapi lebih ke perdebatan-perdebatan antara saya dan Mr Defender, saya dengan keluarga, saya dengan keluarga Mr Defender. Yang terakhir itu yang paling berat. Karena, kalau ke orangtua saya sih, saya bisa dengan cueknya bilang: aku mau. aku gak mau. Dengan keluarga besar Mr Defender? Blah. Saya harap saya bisa. Dan saya tahu saya sebenarnya bisa. Saya mau saja dan berani saja menanggung segala akibatnya untuk diri saya, tapi saya memikirkan Mr Defender dan ibunya. Ah, keluarga besar itu memang ribet. Pernikahan itu ribet.

Beberapa minggu ini, sering terjadi hal ini: keluarga saya bilang ke saya maunya A, dan saya juga maunya A, Mr Defender dan ibunya setuju dengan A, tapi keluarga besarnya maunya B, dan mereka nggak berani mengkronfrontasikan langsung dengan saya atau orangtua saya, bilangnya ke Mr Defender, lalu Mr Defender mendiskusikannya dengan saya, dan akhirnya kami tetap mau A, tapi keluarga besarnya menekan untuk tetap B, dan sekali lagi tetap nggak mau mendiskusikannya langsung dengan saya atau orangtua saya. Jalan buntu. It was suck. They were suck. This situation sucks. And pardon my french.

Saya sadar saya tidak bisa melakukan ini tanpa melukai salah satu atau lebih pihak. Ow, dunia, ow, tatakrama timur, kau membuat segalanya jadi ribet. But we'll stay positive. And stay in love. Hoping it's that worth. Amen.


Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Tanpa Alasan Khusus

Sebagai penjelasan yang (mungkin) ditunggu oleh teman-teman yang kemarin sempat tahu bahwa kami, saya dan Mr Defender, sedang mempersiapkan pernikahan (dan menanti undangan yang tak kunjung datang) maka saya merasa perlu memberitahukan bahwa kami sepakat untuk menunda menikah dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau di antara teman-teman ada yang bertanya mengapa, atau lebih tepatnya ada apa, maka kami akan menjawab, tidak ada apa-apa. Pernikahan, memang kami tunda, tapi bukan karena alasan finansial (walaupun ya, saya dan dia memang kebetulan sama-sama sedang dalam kondisi finansial kurang bagus), bukan karena ada masalah dengan keluarga (bukan berarti masalah itu tidak ada, tapi bukan itu penyebab tertundanya pernikahan kami), juga bukan karena kami mendadak tidak yakin pada satu sama lain. Kami menunda karena belum siap (klise bukan). Atau tepatnya belum ingin. Tentu saja kami masih saling mencintai dan ingin menikah, suatu hari nanti. Tapi sekarang, kami merasa cukup nyaman ...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...