Skip to main content

ingin jadi seberuntung kau juga, Yoko


"I was too scared to break away from the Beatles, which I'd been looking to do since we stopped touring. And so I was sort of vaguely looking for somewhere to go but didn't have the nerve to really step out into the boat myself, so I sort of hung around, and when I met Yoko and fell in love, my God, this is different than anything before. This is more than a hit record. It's more than gold. It's more than everything... When I met Yoko is when you meet your first woman, and you leave the guys at the bar, and you don't go play football anymore. Once I found the woman, the boys became of no interest whatsoever, other than they were like old school friends."
(John Lennon tentang Yoko Ono)

John Lennon dan Yoko Ono, lepas dari segala kontroversinya, adalah pasangan yang sangat menginspirasi. Mereka berdua pasangan yang semua orang yang melihat (bahkan saya yang hanya lihat dari video klip Love saja) bisa merasakan bahwa mereka begitu saling cinta, begitu saling tergantung dan saling memuja. Sejak melihat video klip itu sekitar sepuluh tahun lalu, saya sangat tertarik dengan segala hal tentang John dan Yoko. Lagu-lagu, foto, berita, kisah-kisah yang menuliskan cinta mereka. Saya pernah membuat kliping tentang John dan Yoko sewaktu SMA, dan selalu saya bermimpi untuk suatu hari nanti, hanya akan menikah jika menemukan pasangan yang bisa mencintai dan saya cintai seperti yang saya rasakan tiap melihat, mendengar, membaca John dan Yoko (kalau bisa sih yang bisa membuatkan saya lagu seromantis Oh Yoko, hehehe).

Gara-gara John dan Yoko juga, saya langsung hilang feeling sama cowok kalau ternyata sewaktu pacaran dia nggak bisa total menyerahkan seluruh perasaannya untuk saya (iya dong, kalau nggak yakin ya nggak usah aja kali, bercinta kok coba-coba). Masalah nanti putus atau nggak kan memang udah ada garisnya, tapi saya nggak suka dikasih perasaan yang setengah-setengah. Saya ingin hubungan yang jujur, saya ingin cinta yang seluruhnya untuk saya, saya tidak mau diberi cinta yang takut-takut, seperti balon udara yang diikat ujung talinya dengan batu sebagai pemberat. Melayang tapi tak bisa terbang. Nanggung. Gantung.

Saya suka orang yang mencintai dengan seluruh hatinya.

"Before Yoko and I met, we were half a person. You know there's an old myth about people being half and the other half being in the sky, or in heaven or on the other side of the universe or a mirror image. But we are two halves, and together we're a whole."
(John Lennon)

Comments

  1. hahaha, kamu pasti suka istri pertama john lennon ya...

    aku suka siapapun yg tampak saling cinta mbak :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...