Skip to main content

Dari Lini Khatulistiwa

Jembatan Mahakam Hulu
Halo semuanya! Ini posting pertama saya di tahun 2011 (tahun yang masih terasa aneh untuk ditulis dan diucapkan) dan posting pertama saya dari Borneo. Akhirnya, setelah akhirnya lulus kuliah dan menjadi sarjana, setelah dua tahun menjalin hubungan jarak jauh yang penuh tawa dan (tapi lebih banyak) keluhan dan air mata, ternyata tanpa disangka-sangka, di awal tahun ini begitu cepat dan mudah proses saya menuju Samarinda, tinggal dan berkantor di sini.


Di samping proses pindahan yang menghabiskan banyak biaya, tenaga, dan psikis saya, perjalanan udara yang seperti biasa membuat saya nervous, proses adaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, kerepotan mencari tempat kos baru dan mengisinya dengan perabotan, dan sebagainya dan sebagainya, saya bahagia. Sangat bahagia, sampai-sampai semua orang bilang wajah saya selalu berseri-seri, bahkan di hari Senin pertama saya masuk kantor. Rasanya seperti mimpi, bisa bertemu Mr Defender setiap hari, bisa pulang kantor bersama, bisa kencan di hari Sabtu dan bermalas-malasan bersama di hari Minggu. Rasanya menyenangkan sekali bisa sesekali sarapan bersama (mencuri-curi beberapa puluh menit jam kerja), membuatkannya bekal makan siang, nonton bioskop yang walaupun sebagian besar filmnya menyisakan tanda seru di kepala bahkan waktu baru membaca judulnya. Berkali-kali saya bilang itu ke Mr Defender, betapa saya sangat bahagia dan semua terasa seperti mimpi, setiap bangun pagi rasanya seperti memulai mimpi indah.


Saya memang benar-benar bahagia, dan penuh energi, sampai-sampai saya tidak mengeluh sama sekali walaupun masih terlantar tanpa unit kerja dan pekerjaan di kantor, juga walaupun saya setengah kesepian karena belum menemukan lagi sahabat-sahabat baru. Saya terlalu gembira untuk mengeluhkan apa pun, dan dalam hati berharap semua ini akan bertahan lama, bukan sekedar euforia bulan pertama. Semoga.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...