Tuhan,
hari ini kau menegurku dengan lembut.
Aku menerimanya, Tuhan. Sama seperti aku menerima bahwa sebulan yang lalu kau begitu manis padaku dan membawakanku banyak oleh-oleh, banyak kejutan kecil yang indah di setiap langkah kaki yang kutapakkan.
Tuhan, aku tidak ingin bertanya mengapa.
Aku tahu jawabanmu: memang sudah seharusnya dan sudah waktunya.
Tidak, Tuhan, aku bukan lelah memprotes, aku memang menerimanya, sama seperti aku tidak bertanya mengapa bintang bersinar dan mengapa langit berwarna biru.
Tuhan, boleh aku mengaku? Dulu aku menghibur diri di saat-saat seperti ini, aku berkata bahwa setelah ini engkau menyiapkan hadiah untukku, untuk menebus hari ini.
Itu pun tidak jelek kan? Namun, kini aku bahkan tidak perlu begitu.
Bukan, aku bukan berputus asa, aku hanya menerima.
Bahwa hidup hanya harus dijalani. Aku tidak perlu nilai A, tidak perlu menorehkan apa-apa, tidak perlu berusaha hanya agar ada yang mengenang namaku kelak, lama setelah aku tiada.
Hidup tidak perlu pesan moral apa-apa.
Comments
Post a Comment