Skip to main content

kemarin saat ini esok selamanya*

Life'll only be crazy as it's always been
Wake up early, stay up late, having debts
Things won't be as easy as it often seems
And yet you want me
This cliché's killing me
Still I need more I need more
This I’ve never thought before

Chi trova un amico, trova un tesoro*
We can look for many other foreign lines to make me survive your love
You said "To the future we surrender.
Let's just celebrate today, tomorrow's too far away.
What keeps you waiting to love?
Isn't this what you've been dreaming of?"


Life's to live and love's to love

Sundays will be empty as it's always been
Watching TV, wake up late, playing dead
Mondays won't be easy with no plans and schemes
Now that you’re still here
The silence shouts it clear
You’re still here
The silence shouts it clear


To the future we surrender
Life's to live and love's to love
To the future we surrender
Life's to live and love's to love


To the future we surrender
Life's to live and love's to love
To the future we surrender
Life's to live and love's to love


*one who finds a friend finds a treasure (italian proverb)



You said "To the future we surrender. Let's just celebrate today, tomorrow's too far away. What keeps you waiting to love? Isn't this what you've been dreaming of?" Life's to live and love's to love.
(Float)


Senyum-senyum sendiri menemukan selembar foto dari masa tiga tahun yang lalu, saat kami masih sering nonton di bioskop 21 murah dan menghabiskan waktu menunggu dengan foto-foto di photobooth yang juga murah, di mana kita bisa mengedit background dan efek-efeknya sendiri (entahlah ini bentuk layanan atau justru kemalasan si empunya photobooth, hehehe). Dan kita menghabiskan puluhan menit mencoba semuanya di semua foto karena toh nggak ada lagi orang lain yang mengantri (siapa juga yang bakalan foto-foto di situ selain orang kurang kerjaan). Norak? Tahu kok.

Tapi, sekarang, tiga tahun setelahnya, segala hal norak terasa manis. Mengingatkan bahwa kita pernah sekanak-kanak itu, se-dimabuk asmara itu, mengingatkan betapa jauhnya kita sudah bersama di jalanan yang seringnya tak datar. Bahwa seperti yang dibilang di film Just Married, masa-masa yang sulit tidak pernah terekam di foto, namun masa-masa sulitlah yang mengantarkan kita dari foto bahagia satu ke foto norak yang lain. Mengingatkan bahwa di antara apa pun itu kesulitan, kita selalu bahagia. Bertahun-tahun ke belakang, hari ini, dan mudah-mudahan juga nanti.


*) dari lirik lagu Seumur Hidupku milik Boomerang


Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku